RENUNGAN HARIAN

MENUNDA MENOLONG

Peristiwa ini tidak terjadi beberapa tahun yang lalu ketika saya akan mengikuti ujian semester. Hari masih pagi, jalanan masih sedikit lengang, hanya dibeberapa persimpangan sedikit dipadati kendaraan beroda dua dan empat. Saat itu saya hanya berangkat ke kampus dengan terburu-terburu. Sambil mengedarai motor. sesekali saya melihat jam tangan saya.

tukang-sayur-berjualan
sumber gambar: kaskus.co.id

Ketika saya tiba dipersimpangan jalan yang mengatah ke kampus saya, secara mendadak saya menekan pedal rem motor saya, karena di depan saya persis tergeletak pedagang sayur dengan motornya yang menindih tubuhnya. Saya tidak tahu persis bagaimana kejadiannya. Karena tidak ada kendaraan melintas yang cukup cepat dengan pedangan sayur yang tergeletak itu. Hanya ada saya yang berjarak kira-kira 30 meter darinya.

Namun saat itu tidak ada hal lain dalam pikiran saya selain harus secepatnya tiba di kampus untuk mengikuti ujian. Apapun yang terjadi di sekitar saya bukanlah urusan saya, begitu pikir saya. Saya melintas pedagang sayur yang tergeletak itu, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Saat menghadapi ujian, justru yang ada dalam pikiran saya sekarang bukanlah soal ujian, tetapi bayangan si pedangang sayur yang tergeletak. Perasaan dan pikiran saya mulai mereka-reka keadaan pedagang sayur tersebut. Saya benar-benar kehilangan konsentrasi. Sya dikejar-kejar rasa bersalah, saya merasa benar-nemar seperti cerita dalam Alkitab yang menghindar dari seorang Samaria yang jatuh dari untanya. Pikiran saya benar-benar berkecamuk. Lalu saya minta ampun kepada Tuhan atas sikap saya tersebut. Sejak peristiwa itu, saya tidak berani lagi menunda-nunda untuk menolong orang.

Sahabat, jika terjadi sesuatu pada orang lain dan kita adalah orang yang paling mungkin untuk mengulurkan tangan bagi mereka, jangan tunda dan segera lakukan! Jangan memilih sikap masa bodoh dan cuek, seperti yang pernah saya alami. Karena, bisa jadi kita adalah orang yang dipilih Tuhan untuk menolong orang tersebut. Mari, kita miliki hikmat, kecerdasan, kepekaan dan kepedulian terhadap sesama yang membutuhkan pertolongan.


Terjemahan Baru:
Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru.   (Amsal 21:1)

0 komentar

Posting Komentar